Saturday, 25 November 2017

SOP itu Penting!

SOP a.k.a Standard Operation Procedure merupakan bagian penting dari sebuah bisnis, walaupun itu hanya bisnis ecek-ecek :) Dan saya termasuk pebisnis pemula yang kurang memperhatikan hal ini. 


Seiring berjalannya waktu, ada banyak pelanggan yang pada akhirnya ingin menjadi re-seller saya. Setelah berdiskusi dengan produsen, saya mendapatkan harga bagus sehingga memungkinkan untuk mengepakkan sayap dengan membuka peluang bagi beberapa orang re-seller. Dalam menetapkan re-seller saya tidak membuat SOP ataupun aturan baku bagi para re-seller. Saya hanya menyediakan :
1. Daftar Harga re-seller dan daftar harga jual saya (sebagai perbandingan);
2. Minimal pembelian (sehingga bisa di cover ongkos kirim dan tidak merepotkan saya untuk packing ulang dan kirim ulang, jadi produsen yang langsung mengirimkan);
3. Minimal waktu pemesanan, karena kami sangat konsen dengan kesegaran dan kualitas bakso yang dijual.

Setelah berjalan selama beberapa waktu, banyak hal-hal kecil yang luput dari kami namun karena cuma masalah minor dan tidak menjadi masalah bagi produsen, kami tidak terlalu ambil pusing. Walau terus terang cukup mengganngu bagi saya :) Misalkan dalam menyediakan biang kaldu untuk kuah bakso. Karena re-seller saya kebanyakan mahasiswa, produk paling laris yag mereka jual adalah bakso tahu. Bakso tahu ini dari segi harga paling murah, namun dari segi kuah paling banyak. Terkadang antara effort dan keuntungan yang didapat tidak sebanding, namun atas nama bantu mahasiswa ya sudah bolehlah. 

Hingga puncaknya pada suatu ketika... seorang re-seller membatalkan pesanannya. Pesanannya tidak sedikit... 80 porsi! Dan pembatalan dilakukan beberapa jam sebelum barang di antar. Saya dan suami tentu geram, namun kepala harus tetap dingin. Dengan alasan istri temannya hendak melahirkan, maka dengan terpaksa dia harus membatalkan pembelian.
"Yang mau melahirkan istri temannya, lalu kenapa yang batal jualan bakso kenapa dia?" tanya saya kepada suami yang sudah semakin masam senyumnya. Hehehe... ya yang ditanya tidak lebih tau dari yang bertanya. Kamipun tidak menanyakan langsung, karena kondisi emosi sedang siap-siap meledak kala itu. Jadi hanya bisa berasumsi saja... barangkali yang selama ini bantu jualan teman tersebut. Tapi... kalau teman itu statusnya membantu, kalau istri si teman mau melairkan... si re-seller bisa menjualnya sendiri dengan mencari tenaga bantuan yang lainkan?
"Atau jangan-jangan dia cuma broker, penyambung ke si teman yang istrinya mau melahirkan itu." Hm.... make sense sih. 

Tapi.. walau posisinya hanya sebagai broker, bukan berarti dia bisa seenaknya saja kan? Main cancel ke kami, di detik-detik barang yang akan diantarkan. Barang sudah jadi... modal sudah keluar... nggak bisa seenaknya saja kan? Ya betul ini resiko bisnis, tapi pihak kedua bukan serta merta main cuci tangan saja kan? Banyak alternatif yang bisa dia pilih tanpa harus merugikan pihak lain. Dengan berbagai manuver akhirnya kami berhasil memaksa re-seller untuk bertanggung jawab dengan barang pesanannya. Kami bisa mengerti jika alasannya adalah hal yang sangat darurat sekali. Namun alasan yang dia sampaikan ke kami menunjukkan betapa lemahnya mental wirausahanya. Dari awal re-seller yang satu ini memang terlihat "mau enaknya" saja, dan serba praktis. Pengen dapat duit tapi kagak mau usaha ^_^ Namun kami tetap memberi dia kesempatan dengan harapan seiring berjalannya waktu dia akan belajar banyak hal. Tapi ternyata kami salah :) 

Lalu apakah dia tetap kami jadikan re-seller? Selama dia mau ya silahkan, tentunya dengan berbagai catatn dan evaluasi. Kami sendiri berterima kasih, dengan kejadian ini kami menyadari bahwa SOP itu penting! Akad awal sebelum bermuamalah itu sangat perlu, agar tidak ada yang dirugikan. Misalkan, jika diawal kami menginformasikan bawah pemesanan minimal dua hari sebelumnya dan pembatalan minimal satu hari sebelumnya dengan tetap membayar sebanyak 25% dan 100% jika pembatalan dilakukan secaa mendadak, dia tentu akan mikir-mikir lagi untuk "berbuat sesukanya". 

Kami diajarkan untuk benar-benar prosefional, jangan pakai perasaan mulu. kasihan ini mahasiswa.. kasihan bla-bla... no-no-no... ini bisnis man! ^_^ Dan benar kata para mentor bisnis, mencari partner bisnis itu seperti mencari pasangan hidup #halah. Kenali baik-baik... cari tahu sedikit/banyak tentang orang tersebut. Karena bisnis bukan hanya sekedar transaksi keuangan, hehehe 

*menulis sambil memasak rendang
Taipei, 25 November 2017

No comments:

Post a Comment

Semangat Menghafal Al Quran dan Membimbing Anak Murajaah di Rumah

  Alhamdulillah, tadi pagi berkesempatan mengikuti webinar yang diadakan oleh Mataba Darul Quran Bojongsari Depok. Temanya: “Semangat Mengha...