Thursday, 9 November 2017

Be professional, please...

Selenting kabar sampai ke saya, bahwa ibu X lagi-lagi mencontek jualan saya. Sebelumnya dia menjual bakso dengan mengambil langsung ke suplier saya, saya yang bodoh sih ngapain bagi-bagi ke orang lain nomor kontaknya, hehehe. Nah... ternyata dia juga menjual menu handalan dari Katering Bunda Najmi.

Nggak ada yang salah sih, semua orang bisa jual apa saja yang mereka suka kan? Dalam dunia usaha, apalagi kuliner, contek mencontek ide itu sudah biasa. Walau saya kesel juga, ini orang selalu meniru produk yang sukses saya jual. Malah dulu lebih parah, dia selalu minta resep ke saya cuy... dan saya lugunya ngasih, hahaha.

Hingga saya sadar, saat dia minta resep Dendeng Batokok yang lagi nge hits se-gongguan. Apalagi saya the one and only yang jual itu barang se-Taipei. Jadi walau hanya buka open PO seminggu sekali, yang beli selalu rame. Lah... mosok saya bagi resep andalan saya... ya... kalau dia mau bisa tanya om google juga banyak resep berseliweran. Tapi resep rahasianya... hanya orang Minang yang tau :p Jadilah saya cuekin...

Nah selain Dendeng Batokok, menu nge-hits saya yang lainnya adalah... ayam geprek. Ini pun resepnya banyak berseliweran dimana-mana. Tapi gitu tau dia juga jual itu... nyesek juga saya. Hahaha. Kesel aja, semua serba diikutin. Masalahnya... saya untuk menentukan menu itukan pakai proses, analisa pasar kuliner tanah air #halah untuk diadopsi di sini. Itupun butuh proses juga kan untuk mengetahui respon pasar di sini. Jadi kalau dijiplak-jiplak gitu... keki aja saya :p Dan tadi... qadarullah... saya mergokin sendiri dia jual ayam geprek, walau mencoba nutup2i dari saya. Allah tidak tidur bu...

Lagi... saya tidak masalah dia juga jual produk yang sama walau dalam hati agak-agak gimanaaa gitu ya. Yang saya kesal itu alasan orang-orang menerima dia berbuat demikian (plagiarism dan main belakang, red), dalam hal ini... suami saya!
"Ya... dia lagi butuh uang kali Bun..."
"Anaknya kan banyak Bun..."
"Ya.. biarkan ajalah, kasihan..."
Bla... bla... bla...

Saya tidak mempermasalahkan aksi contek mecontek itu, tapi saya menyayangkan sikap permisif dari orang-orang disekitar. Saya yakin, orang lain pun akan memiliki pemikiran yang sama dengan suami saya. Jadi giniloh, kalau kita ambil contoh yang agak ekstrim, si ibu itu tidak mencuri ide tapi... mencuri barang. Lalu apakah akan dibiarkan saja dengan alasan-alasan tersebut?

Bisnis itu bukan sekedar perkara cari duit saja. Bisnis itu tempat mengasah kreativitas, dapat banyak orderan itu bonus. Hargailah bisnis itu sebagai sebuah proses bukan semata-mata hanya menjadi alat untuk dapat uang, kalau sudah begini, jadinya menghalalkan segala carakan?

Orderan saya sama sekali tidak berkurang, walau si ibu juga menjual produk yang sama dengan saya. Malah... orderan saya bertambah dan pintu-pintu rejeki Allah bukakan dari pintu-pintu yang tidak pernah saya duga. Dan tanpa diduga... tawaran bisnis dari ranah lain ujug-ujug datang begitu saja. Saya yakin Allah Maha Kaya dan kavling rejeki setiap orang sudah dijatah oleh-Nya.

Tapi... ya... saya menyayangkan strategi bisnis yang diambil oleh si ibu. Mungkin baiknya saya ngomong langsung dengan yang bersangkutan dan bahkan mementoring dia biar bisnisnya oke, hehehe #siapaelu :p Tapi... saya sudah ilfil duluan :p

No comments:

Post a Comment

Semangat Menghafal Al Quran dan Membimbing Anak Murajaah di Rumah

  Alhamdulillah, tadi pagi berkesempatan mengikuti webinar yang diadakan oleh Mataba Darul Quran Bojongsari Depok. Temanya: “Semangat Mengha...