Saturday, 11 February 2017

NHW #3 Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah

Kelas matrikulasi kali ini benar - benar membuat deg-deg-an. Tidak hanya membahas keluarga sebagai elemen terkecil kehidupan sosial kita, namun juga bagaima merancangnya menjadi bagian dari peradaban manusia.... masyaAllah... membayangkannya saja sudah membuat ketar-ketir, apalagi menuliskan dan menerapkannya... 

Penugasan kali ini dibagi dalam tiga kategori : single, menikah dan single parents. berhubung saya sudah menikah... maka saya akan mengerjakan bagian tersebut *ya iya lah* :P Berikut detailnya:

👨‍👩‍👦‍👦Nikah

Bagi anda yang sudah berkeluarga dan dikaruniai satu tim yang utuh sampai hari ini.

a. Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda.Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.

Hah.... jatuh cinta lagi... apakah saya sudah pernah jatuh cinta? Hm... ini pertanyaan yang sulit untuk saya jawab. Karena sampai hari ini saya belum bisa memformulasikan definisi cinta... Berkali-kali suami saya ucapkan "I love you", namun kalimat tersebut tidak ada maknanya bagi saya. Saya tidak bersemu merah ataupun jadi deg-deg-an mendenganya, biasa saja. Hehehe. But there are some powerful words which could make me "klepek-klepek" and only my husband know it ;) *aaiihhh 
Jadi... ini adalah surat cinta pertama yang saya tuliskan untuk suami dan ini adalah surat cinta yang pertama beliau terima seumur hidupnya ^_^ Bagaimana responnya? Sulit untuk dituliskan dengan kata-kata... yang pasti kami jadi kembali seperti pasangan ,muda. Padahal usia pernikahan kami juga belum lama-lama amat sih, tahun ini memasuki tahun ke empat. Suami tampak seperti seorang pemuda yang tengah jatuh cinta (padahal yang ngirim surat cinta siapa cobaaa :p) dan yang paling menyenangkan terlihat jadi semakin sayang dengan istri yang diwujudkan dengan semakin banyak membantu pekerjaan rumah :D Banyak lagi detail-detail lain yang tidak bisa saya uraikan di sini, namun yang pasti.... serasa ada kekuatan cinta baru dalam kehidupan berumah tangga kami. Semoga kami bisa merawatnya.... dan bisa untuk jatuh cinta berkali-kali... Hingga kebersamaan kami bukan hanya di sini, dikehidupan fana ini. Namun hingga keabadian nantinya... Aamiin...

b.Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.
Najmi adalah anak yang tangguh, hebat dan luar biasa! Dari awal kehamilan sudah saya bawa kemana-mana dan alhamdulillah tidak ada kendala berarti semasa hamil. Tidak pernah ngidam macam-macam. Bahkan saya terkadang tidak merasa sedang hamil, dalam artian saya baik-baik saja dan bisa melakukan pekerjaan saya seperti biasanya. Bisa dikatakan, hampir tidak ada keluhan selama hamil Najmi. Bahkan, dihari dia dilahirkan, saya masih akan berangkat ke kampus (mengajar kelas terakhir). Tapi qadarullah, pagi ketuban saya pecah sehingga saya batal berangkat ke kampus. Saya melahirkan dengan induksi, kata rekan-rekan yang pernah menjalaninya, sakitnya luar biasa dengan induksi ini. Tapi melahirkan Najmi, saya tidak merasa sebegitunya. Sakit pasti namun tidak seluarbiasa yang saya bayangkan. Melahirkannya pun mudah, jam 4 di induksi, jam 9 malam dia sudah lahir. 

Najmi sempat di rawat selama 7 hari karena kuning (ABO incompatibility) namun dia bisa melewatinya! Najmi bisa survive dengan bilirubinnya yang sangat tinggi saat itu. Dia benar-benar seorang pejuang tangguh. Secara fisik (motorik kasar) Najmi tidak sehebat rekan-rekan seusianya, namun semangat pantang menyerahnya melebihi anak-anak yang lain. Dengan riwayat sakitnya, Najmi bisa tumbuh dengan normal. Selain karena rahmat dari Allah, ini juga karena Najmi yang tidak mau lelah berjuang. 

Najmi sangat cerdas, terutama kecerdasan linguistiknya. Kebetulan kami berada di Taiwan, Najmi dengan cepat mampu menyerap bahasa lain di luar bahasa ibunya (Mandarin dan Inggris), padahal tidak ada yang mengajari. Ini yang sering membuat saya dan suami terkaget-kaget. Secara sosial dia juga bagus, bahkan memiliki kemampuan diplomasi yang outstanding (menurut saya siih.. hehehe). Walau baru berusia 2,5 tahun, dia sudah bisa menjadi seorang kakak yang mengayomi (padahal belum punya adik secara biologis). Anaknya sangat mandiri dan suka membantu. 

c. Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, memgapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.
Hm.... ini agak susah ya... hehehe. Tapi saya coba uraikan menurut pendapat saya (dan perlu di konfirmasi ke suami sepertinya :P). Potensi diri yang sangat saya senangi ada pada diri saya adalah, saya memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. ilmu apa saja, saya selalu haus akan hal-hal baru. terutama terkait dengan pengasuhan anak. Saya sudah membaca banyak literatur parenting jauh sebelum saya menikah. Dan menurut saya itu hal yang baik dan bagus, saya jadi bisa mempersiapkan banyak hal ketika terjun ke dunia nyata. Walau saya akui... antara teori dan praktek itu tidak semudah yang tertulis di buku, namun setidaknya.... saya sudah memiliki panduan or gambaran umumnya. Menurut saya fatal ketika seorang ibu atau calon ibu tidak membekali diri dengan maksimal. Karena yang akan menjadi korban adalah anak-anaknya. Saya melihat banyak fenomena ini disekitar saya, dan saya sedih. Untuk saat ini, biasanya saya suka share dan berbagi ilmu dengan ibu-ibu yang se visi dengan saya dan berbagi dengan adik-adik atau teman dekat. 

Mengapa Allah mentakdirkan saya berada dikeluar ini dengan potensi tersebut? Hm....  terus terang saya suka khawatir dibilang terlalu ambisius, namun saya memang memiliki cita-cita besar terhadap diri saya dan keluarga saya. Cita-cita kami tidak muluk-muluk, namun juga tidak mudah. Untuk anak-anak, saya dan suami berharap mereka bisa menjadi anak-anak yang shalih/shalihah, penghafal quran dan orang yang berprestasi di generasi mereka. Kami ingin memberikan bekal sebanyak-banyaknya bagi anak-anak kami baik itu ilmu (Islam dan umum), kasih sayang dan materi tentunya. Harapan kami, mereka bisa menjadi pemimpin umat di kemudian harinya. Jika orang tua mereka hanya bisa menjadi pasir-pasir dalam peradaban ini, harapan kami anak-anak bisa menjadi batu batanya. Agar mereka bisa menjadi mukmin sejati yang bukan hanya bertugas menyembah Allah di muka bumi namun juga menjadi khalifah di bumi. 

Sebagai seseorang yang diberi amanah (anak), saya hanya ingin menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Dan alhamdulillah, Allah karuniakan saya seorang pendamping hidup yang memiliki cita-cita yang sama. yang siap berbagi kebahagiaan dan saling menanggung beban. Pilihan allah adalah yang terbaik, dan suami saya memang pasangan terbaik bagi saya untuk saat ini dan semoga begitu juga di surga nanti. (pd mausk surga euy :p). aamiin...

d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?
Saat ini kami berda di lingkungan dimana muslim adalah minoritas. Namun sebelum, berangkat ke Taiwan, saya dan suami sudah berazzam bahwa kami akan mensedekahkan banyak waktu kami untuk berdakwah di sini. Pintu kebaikan terbuka disetiap sudut dan kami tidak ingin kehilangannya. Kebetulan kami aktif di organisasi yang salah satu aktifitasnya memberikan program perberdayaan bagi teman-teman pekerja Indonesia di sini. Ada lebih 230,000 pekerja Indonesia di Taiwan dan ini adalah ladang amal jika kami mau sedikit meluangkan waktu. 
Kami pun berencana menyekolahkan Najmi (untuk 2-3 jam saja setiap harinya) agar dia bisa belajar bahasa mandarin. Harapannya level bahasanya mencapai tingkatan native dan ketika dia dewasa nanti kemampuan yang dia miliki ini bisa dimaksimalkan di jalan Allah.

hm.. ini hanya gambaran umum, detailnya... akan kami tuliskan di buku khusus keluarga kami ;) 

No comments:

Post a Comment

Semangat Menghafal Al Quran dan Membimbing Anak Murajaah di Rumah

  Alhamdulillah, tadi pagi berkesempatan mengikuti webinar yang diadakan oleh Mataba Darul Quran Bojongsari Depok. Temanya: “Semangat Mengha...