Hari ini hari terakhir pengumpulan tugas pengamatan gaya belajar anak. Terus terang saya sangat terbantu sekali melalui tugas ini untung mengobservasi lebih jauh, Najmi masuk dalam kategori yang mana.
Karena Najmi baru berusia 3 tahun, agak susah memang menentukan gaya belajar mana yang paling menonjol. Tapi setidaknya saya jadi punya gambaran, kecendrungan mana Najmi masuknya.
Penugasan ini juga jadi membantu kami untuk memilihkan mainan yang tepat buat Najmi. Selama ini kami suka kewalahan, saat ada pekerjaan mendesak dan Najmi tidak bisa dilepas bermain sendiri. Maunya ditemani terus. Ternyata kami salah memberikan mainan. Mainan yang kami sediakan ternyata bukan minatnya, makanya dia tidak betah memainkannya. Dan disaat sudah menemukan mainan yang pas, ternyata dia bisa betah bermain berlama-lama walaupun seorang diri. Aaah akhirnya :)
Walau tantangan ini sudah berakhir, tentunya tugas saya untuk mengamati gaya belajar anak masih berlanjut. Makasih IIP... Makasih Bunsay ^_^
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
#day10
Saturday, 23 September 2017
Friday, 22 September 2017
Dunia Bisnis Itu Keras, Teman!
Dulu... saya suka gemes sama ibu saya, karena sering tertipu oleh karyawannya. Beberapa orang karyawan yang dimilikinya, berakhir dengan pemecatan karena ketahuan berbuat curang dan merugikan toko. Saya gemez... kenapa ibu saya tidak melakukan sesuatu. Minimal, marah gitu sama orang yang sudah merugikan bisnisnya. Ibu saya lempeng saja, menganggap hal itu sebagai resiko bisnis dan kembali fokus berjualan. Tidak sekali ibu saya ditipu oleh karyawannya, namun beberapa kali, hingga saya suka bertanya-tanya sendiri, Did not she learn from her past experiences? Hingga akhirnya saya terjun ke dunia bisnis, baru saya mengerti apa yang terjadi dengan ibu saya.
Sejauh ini, bisnis adalah pekerjaan sampingan bagi saya. Saya mulai serius menekuninya, karena keadaan yang sangat terpaksa saat itu. Kisahnya bisa dibaca di sini. Dan hingga kini saya benar-benar fokus melakukannya walau tetap saja, hanya di hari-hari khusus saja. Semula saya rasa baik-baik saja dan malah fun, karena yang berbisnis bukan hanya saya, namun juga ibu-ibu disekitar saya. Kami memiliki ciri khas produk makanan masing-masing sehingga tidak jarang berkolaborasi kalau ada orderan besar.
Masalah datang ketika saya hendak pulang ke Indonesia selama summer break. Seorang ibu datang dan menyampaikan jika beliau hendak menjual bakso. Saya tidak paham maksudnya apa, apakah dia ingin mengambil bakso dari saya karena di wilayah kami saya yang berjualan bakso atau... cuma sekedar pemberitahuan saja kalau dia mau jualan bakso. Karena saya menganggap dia mau ambil bakso dari saya... saya sampaikan ke beliau kalau saya akan break selama sebulan, jadi tidak jualan dulu. Lagian saya masih mikir-mikir juga... kalau saya kasih bakso ke dia, nanti dia jual berapa? Saya sendiri mengambil keuntungan sangat tipis, kalau dia saya beri harga normal nanti dia akan jual harga berapa? Padahal pasar kami itu-itu saja orangnya, pasti dia akan kalah bersaing karena otomatis harga saya lebih murah. Atau kalau mau, saya yang menaikkan harga pasaran agar si ibu itu punya margin untuk menjualkannya. Karena mau break saya tidak pikir panjang. Nanti saja dibahas saat balik. Saya mikirnya begitu.
Namun apa yang terjadi? Ternyata si ibu itu menjual bakso yang sama persis dengan yang saya jual selama saat libur ke Indonesia. Salah saya, waktu itu share no kontak pembuat bakso. Entahlah... saya tidak kepikiran saja akan ada orang yang "menyalip", karena selama ini kami bersama ibu-ibu yang lain fun-fun saja dan masing-masing membuat produk pilihan yang berbeda. Karena ya itu... pasar kami secara garis besar itu-itu saja.
"Udah... sabar aja Bun. Barangkali dia jualan bakso karena kita lagi di Indonesia", demikian kata suami. Saya iya-iya saja, ya... bisa jadi. Kita lihat saja nanti setelah balik ke Taiwan.
Setelah kembali... ternyata si ibu tersebut masih menjual bakso yang sama persis seperti saya. Bahkan banyak laporan yang masuk jika si ibu menjapri orang-orang agar kalau membeli bakso ke dia saja.
"Rejeki nggak bakal ketukar Bun", nasehat suami saat saya membahas masalah ini. Ya... saya yakin itu, buktinya penjualan bakso kami masih baik-baik saja bahkan lebih banyak dari biasanya.
"Mungkin dia memang butuh uang, anaknya kan banyak", tambah suami lagi. Sekali lagi saya iyakan, kita tidak pernah tahu kebutuhan dan kesulitan ekonomi yang dialami seseorang.
Sejak saat itu, saya tidak pernah lagi bahas bakso. Lagian varian jualan saya yang lain masih banyak dan itu tidak kalah nge-hits dengan bakso. Pembuat bakso pun pernah menanyakan terkait hal ini, karena dia merasa nggak enak juga karena melepas baksonya ke si ibu tersebut. Rasa tidak enak yang tidak seharusnya dia miliki, yang namanya produsen bakso ya pengennya baksonya terjual lah :) Saya pun tidak pernah menyalahkan beliau. Saya merasa si ibu itu tidak etis, iya. Namun bagaimanapun itu hak dia untuk berjualan produk yang dia mau. Walau kadang suka ngenes sendiri, karena saya hunting ke berbagai produsen bakso untuk mendapatkan produk terbaik menurut citarasa saya dan memang diakui oleh banyak pelanggan saya. Begitu sukses, si ibu tinggal serobot saja :p Ya... itu urusan dialah :)
Hingga tadi... saya kembali merasa terusik oleh si ibu ini. Saya sedang mengantarkan pesanan bakso ke seorang langganan. Saat itu temannya juga menginginkan bakso yang sama (bakso pentol), namun karena saya tidak membawa lebih (hanya sesuai pesanan) saya bilang paling baru ada minggu depan. Karena saya pun menjual bakso dengan sistem PO, jadi kalau tidak pesan ya... tidak kebagian. Si ibu bersangkutan ternyata juga membawa bakso. Tapi ternyata bukan varian bakso yang diinginkan pelanggan.
"Saya di rumah ada, tapi nggak bawa ke sini...", kebetulan kami berjualan di Masjid setiap hari Jumat. Dan si ibu itu terus berceloteh panjang berusaha meyakinkan bahwa dia adalah si penjual bakso. Padahal jelas-jelas mereka sedang bertraksaksi dan berkomunikasi dengan saya. Hanya bisa menarik nafas panjang... mungkin dia memang sebegitu butuhnya dengan uang, hingga urat malunya sudah putus semua. Karena menurut saya itu bukan masalah besar, jadi saya cuekin saja dan lanjut menemani anak saya.
Tiba-tiba malah ada seorang ibu lain yang ngomporin,"Kontak aja ibu tadi (pelanggan) bilang kalau baksonya ada di rumah. Antar kalau bisa ke rumahnya.", saya diam pura-pura tidak dengar. Toh tidak ada gunanya. masak hanya gara-gara beberapa NT jadi gontok-gontokan dengan orang :D
"Saya jualin ya baksonya Bu... Pakai tim saya, nanti saya minta komisi XX NT." lanjut si ibu yang ngomporin tadi.
"Saya jual di grup XX", tambahnya. Sungguh, saya sedih sekali. Jelas-jelas saya pun selama ini mempromosikan bakso saya di grup XX dan dia dengan seenaknya mau menjadikan grup XX sebagai seller langsung bakso. Ya... lagi-lagi itu hak mereka... dan lagi-lagi... rejeki tidak akan tertukar. Namun yang saya sedihkan itu... cara mereka itu loh. Jelas-jelas saya ada di sana, namun dia bertindak seolah-olah saya nihil.. tidak ada. Padahal selama ini, saya tidak pernah buat masalah dengan salah satu diantara mereka. Sah-sah saja sih kalau mereka ingin membuat kesepakatan tersebut, tapi bisakan dibicarakannya tanpa harus di depan saya? Tidak sebegitu berartinya saya bagi mereka? Sebegitu tidak berharganya? Sungguh.... saya benar-benar kecewa...
Flash back ke beberapa bulan sebelumnya... suami saya berencana membuat dan menjual tempe. Karena tempe merupakan makanan favorit yang untungnya gede! Bisa tiga hingga empat kali lipat harga jualnya dari harga produksi. Menggiurkan bukan? Namun karena si ibu yang mengompori jualan tempe beberapa hari setelah ide tersebut keluar dari mulut suami, kami urung melakukannya. Tidak enak bersaing dengan tetangga sendiri. Lalu produsen empek2 menawari kami untuk menjadi re-sellernya, namun kami tolak baik-baik. Karena diantara kami sudah ada yang menjual empek-empek, biarlah itu menjadi rejeki dia saja.
Poin yang ingin saya sampaikan adalah dalam berbisnis, saya dan suami tidak hanya memakai kalkulator keuntungan saja. Ada banyak hal yang kami pertimbangkan, pertama kualitas, kami hanya menjual barang yang kualitasnya bagus. Kedua, speciality, sedapat mungkin tidak menjual barang yang sudah dijual orang lain di komunitas ini. Karena kami hanya sekelompok manusia Indonesia yang terdampar di sudut kecil kota Taipei, pasar dan sasaran kami secara garis besar orang yang itu-itu saja walau tidak tertutup kemungkinan untuk ekspansi pasar. Jadi kami mencoba untuk saling menjaga perasaan. Tapi tidak semua orang berpikiran demikian, ada sebagian orang yang berjalan di kepalanya hanya uang..uang.. dan uang... Bagaimana caranya agar bisa mengumpulkan uang...
Dan mungkin... ini juga yang terjadi dengan ibu saya. Dia menganggap semua orang baik, tidak menyangka jika ternyata ada yang akan menusuknya dari belakang. Sekarang saya mengerti... mengapa untuk mengerti karakter seseorang... berbisnislah dengan mereka... maka kita akan paham karakter aslinya seperti apa.
Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat seperti itu... dan lebih waspada lagi dengan orang-orang disekitar kita. Terlihat baik... belum tentu baik... :(
Ini baru bisnis level ecek-ecek, gimana dengan yang levelnya lebih besar lagi ya? :)
Ini baru bisnis level ecek-ecek, gimana dengan yang levelnya lebih besar lagi ya? :)
Thursday, 21 September 2017
Ternyata Dia Seorang Scientist!
Mencoba tes learning personalities di sini :http://www.scholastic.com , ternyata Najmi seorang scientis! Bener banget sih... anaknya kritis, always asking why and moat of all... selalu saja bisa menjawab saat beradu argumen dengan emak. Di satu sisi emak gemas... di sisi lain.. proud!
Detailnya ada di sini:
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
#day8
Detailnya ada di sini:
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
#day8
Tuesday, 19 September 2017
Menjelang Pre-School
Tahun depan rencananya Najmi akan kami masukkan ke pre-school. Pendidikan utamanya tetap di rumah, disekolahkan buat belajar bahasa mandarinnya. Sayang juga sudah sampai di sini, namun tidak dimaksimalkan (•ө•)♡. Untungnya pre school di sini cuma 2-3 jam saja, jadi tidak menyalahi acuan kurikulum yang kami rencanakan.
Nah... sebagai persiapan, saya mengajarkan beberapa kosakata dasar dan kalimat sederhana yang sekiranya dibutuhkan saat sekolah nanti. Luar biasa... dia langsung ingat dan bisa mengulangnya :) Balita mah gitu ya... kapasitas otaknya masih buuaanyyaaakkk sekali diajarin langsung nangkap.
Saya terkadang harus sangat berhati-hati dengan Najmi. Mengucapkan sebuah kata sekali saja, langsung nempel di memorinya. Jadi kalau salah ucap kata kurang bagus, itu hampir tidak bisa di delete dari ingatannya :)
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
#day6
Nah... sebagai persiapan, saya mengajarkan beberapa kosakata dasar dan kalimat sederhana yang sekiranya dibutuhkan saat sekolah nanti. Luar biasa... dia langsung ingat dan bisa mengulangnya :) Balita mah gitu ya... kapasitas otaknya masih buuaanyyaaakkk sekali diajarin langsung nangkap.
Saya terkadang harus sangat berhati-hati dengan Najmi. Mengucapkan sebuah kata sekali saja, langsung nempel di memorinya. Jadi kalau salah ucap kata kurang bagus, itu hampir tidak bisa di delete dari ingatannya :)
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
#day6
Monday, 18 September 2017
The Locked Mystery
Sudah dua hari ini, Najmi lebih banyak bersama ayahnya dari pada saya. Sehingga... I lost the chance to observe her and also because of that, there is no update about her type of learning for these couple of days.
Hari ini... kami membuat boneka flanel. Karena Najmi lagi senang-senangnya bermain peran. Jadi, saya buatkan deh boneka, agar dia bisa bermain peran sesuai dengan imajinasinya.
Selama ini dia suka berperan sebagai baker yang membuat beraneka kue enak, hehehe. Terkadang dia pun memerankan beberapa karakter sekaligus dengan boneka-boneka di rumah sebagai tokoh utamanya. NarasiNya tidak jauh dari kisah kehidupan sehari-hati yang kami alami.
Nah... kalau begini dia termasuk tipe apa ya? Visual? Melihat lalu mencotoh. Atau kinestetik? Karena bergerak dan kemudian menirukannya?
Tapi... kalau visual kayaknya tidak ya, jika digabungkan dengan pengamatan2 lainnya. Najmi cenderung ke tipe auditori atau kinestetik.
Hari ke lima... misteri masih belum terpecahkan :)
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
#day5
Hari ini... kami membuat boneka flanel. Karena Najmi lagi senang-senangnya bermain peran. Jadi, saya buatkan deh boneka, agar dia bisa bermain peran sesuai dengan imajinasinya.
Selama ini dia suka berperan sebagai baker yang membuat beraneka kue enak, hehehe. Terkadang dia pun memerankan beberapa karakter sekaligus dengan boneka-boneka di rumah sebagai tokoh utamanya. NarasiNya tidak jauh dari kisah kehidupan sehari-hati yang kami alami.
Nah... kalau begini dia termasuk tipe apa ya? Visual? Melihat lalu mencotoh. Atau kinestetik? Karena bergerak dan kemudian menirukannya?
Tapi... kalau visual kayaknya tidak ya, jika digabungkan dengan pengamatan2 lainnya. Najmi cenderung ke tipe auditori atau kinestetik.
Hari ke lima... misteri masih belum terpecahkan :)
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
#day5
Monday, 11 September 2017
Tipe Kinestetik?
Yeay... senang sekali dapat kesempatan untuk mengamati apakah Najmi tipe pembelajar kinestetik atau bukan? Kebetulan sekali tanggal 10 september ini ada lomba 17 -nan tertunda- keluarga muslim Indonesia di Taiepi :)
Beberapa ciri kinestetik yang menonjol dari Najmi : kalau berbicara memakai gestur, cepat ingat hal-hal yang dilakukan secara langsung, tidak bisa diam (verbal dan motorik).
Hasilnya bagaimana? Mungkin hasilnya lebih ke motorik ya... bukan kinestetik. Ada 4 lomba yang Najmi ikuti : pilih warna balon, pakai kaos kaki, lomba ambil bola, membawa kelereng dan mewarnai.
1. Pilih warna balon, Najmi juara tiga, yeay... bukan karena dia larinya kencang tapi karena dia mengerti perintah yang disampaikan dan percaya diri. Karena Najmi harus mengambil balon sesuai warna yang diperintahkan ke orang yang dia tidak kenal. Anak lain banyak yang gagal karena takut mengambil balon ke orang lain dan ada juga yang tidak paham perintah.
2. Lomba pakai kaos kaki, failed... hahaha. Najmi sudah bisa memakai kaos kaki namun saat lomba semua orang menyoraki para peserta termasuk dirinya, Najmi ke-distract. So... ada kemungkinan dia bukan tipe kinestetis ya? Karena anak kinestetis tidak terganggu oleh keributan.
3. Lomba ambil bola, lagi gagal, wkwkwk. Tapi saya senang, karena Najmi gagal bukan karena dia kurang cepat tapi... karena dia jujur. Saat lomba akan di mulai, saya sudah sampaikan kepadanya bahwa lombanya dengan mengambil satu persatu bola, kemudian diberikan kepada saya. Najmi taat aturan disaat anak lain mengambil dua bola sekaligus. Artinya... Najmi paham penugasan yang disampaikan dan dia jujur menuntaskannya, sama sekali tidak terpengaruh oleh anak lain yang tidak sesuai aturan. So... dia cenderung ke auditori bukan ?
4.Lomba bawa kelereng dengan sendok, Najmi juara tiga, karena anaknya super hati-hati. So... anaknya amanah euuuyyy
5. Lomba mewarnai, tidak tuntas, karena Ayah sama Bunda ikut perlombaan dewasa dan dia berhenti ketika tidak ditemani.
So... hasil dari pengamatan hari ini... gaya belajar Najmi tidak cenderung ke kinestetik.
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
#day3
Beberapa ciri kinestetik yang menonjol dari Najmi : kalau berbicara memakai gestur, cepat ingat hal-hal yang dilakukan secara langsung, tidak bisa diam (verbal dan motorik).
Hasilnya bagaimana? Mungkin hasilnya lebih ke motorik ya... bukan kinestetik. Ada 4 lomba yang Najmi ikuti : pilih warna balon, pakai kaos kaki, lomba ambil bola, membawa kelereng dan mewarnai.
1. Pilih warna balon, Najmi juara tiga, yeay... bukan karena dia larinya kencang tapi karena dia mengerti perintah yang disampaikan dan percaya diri. Karena Najmi harus mengambil balon sesuai warna yang diperintahkan ke orang yang dia tidak kenal. Anak lain banyak yang gagal karena takut mengambil balon ke orang lain dan ada juga yang tidak paham perintah.
2. Lomba pakai kaos kaki, failed... hahaha. Najmi sudah bisa memakai kaos kaki namun saat lomba semua orang menyoraki para peserta termasuk dirinya, Najmi ke-distract. So... ada kemungkinan dia bukan tipe kinestetis ya? Karena anak kinestetis tidak terganggu oleh keributan.
3. Lomba ambil bola, lagi gagal, wkwkwk. Tapi saya senang, karena Najmi gagal bukan karena dia kurang cepat tapi... karena dia jujur. Saat lomba akan di mulai, saya sudah sampaikan kepadanya bahwa lombanya dengan mengambil satu persatu bola, kemudian diberikan kepada saya. Najmi taat aturan disaat anak lain mengambil dua bola sekaligus. Artinya... Najmi paham penugasan yang disampaikan dan dia jujur menuntaskannya, sama sekali tidak terpengaruh oleh anak lain yang tidak sesuai aturan. So... dia cenderung ke auditori bukan ?
4.Lomba bawa kelereng dengan sendok, Najmi juara tiga, karena anaknya super hati-hati. So... anaknya amanah euuuyyy
5. Lomba mewarnai, tidak tuntas, karena Ayah sama Bunda ikut perlombaan dewasa dan dia berhenti ketika tidak ditemani.
So... hasil dari pengamatan hari ini... gaya belajar Najmi tidak cenderung ke kinestetik.
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
#day3
Saturday, 9 September 2017
Is she truly auditory learner?
Memasuki hari kedua ini, saya mencoba beberapa tes untuk memastikan Najmi benar-benar tipe auditory atau bukan.
Pertama, saya mengajarkan Najmi huruf hijayyah dengan menuliskannya di buku. Kalau dia tipe visual, dia tidak akan tertarik, apalagi selama ini memang menggunakan media yang cukup eye cathcing. Hasilnya? Najmi sama tertariknya belajar dengan metode ini ataupin via media yang lebih good looking.
Kedua, saya memberikan Najmi banyak boneka dan membiarkan Najmi berkreasi dengannya. Yang terjadi? Dia menjadi seorang story teller yang baik dan imajinasinya sungguh menakjubkan (bagi saya, hehehe). Lagi-lagi ciri auditori yang menonjol.
Nggak sabar menunggu besok, rencananya mau uji kecerdasan kinestetiknya Najmi :)
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
Pertama, saya mengajarkan Najmi huruf hijayyah dengan menuliskannya di buku. Kalau dia tipe visual, dia tidak akan tertarik, apalagi selama ini memang menggunakan media yang cukup eye cathcing. Hasilnya? Najmi sama tertariknya belajar dengan metode ini ataupin via media yang lebih good looking.
Kedua, saya memberikan Najmi banyak boneka dan membiarkan Najmi berkreasi dengannya. Yang terjadi? Dia menjadi seorang story teller yang baik dan imajinasinya sungguh menakjubkan (bagi saya, hehehe). Lagi-lagi ciri auditori yang menonjol.
Nggak sabar menunggu besok, rencananya mau uji kecerdasan kinestetiknya Najmi :)
#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#BunsayIIP
Friday, 1 September 2017
Aliran Rasa Level #3
Excited! Itu yang saya rasakan. Karena terus terang, bagian family project ini termasuk materi yang saya tunggu-tunggu. Dulu setiap baca kisah tentang keluarga Bu Septi langsung membayangakan, duuuh kapan ya bisa kayak gini :)
Finally! Akhirnya kebagian juga. Belum seperfect yang saya bayangkan (selama ini). Giliran kesempatan datang jadi heboh sendiri dan bingung.... apa prioritas yang akan dijadikan family project :)
Alhamdulillah, akhirnya menemukan project yang benar-benar kami semua putuskan dan kerjakan bareng. Well, kami di sini lebih ke saya dan suami sih. Karena Najmi menjadi objek dari output project kami kali ini. Bukan berarti Najmi nggak dilibatkan ya!
Jadi nggak sabar dengan materi selanjutnya daaan materi selanjutnya :)
Finally! Akhirnya kebagian juga. Belum seperfect yang saya bayangkan (selama ini). Giliran kesempatan datang jadi heboh sendiri dan bingung.... apa prioritas yang akan dijadikan family project :)
Alhamdulillah, akhirnya menemukan project yang benar-benar kami semua putuskan dan kerjakan bareng. Well, kami di sini lebih ke saya dan suami sih. Karena Najmi menjadi objek dari output project kami kali ini. Bukan berarti Najmi nggak dilibatkan ya!
Jadi nggak sabar dengan materi selanjutnya daaan materi selanjutnya :)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Semangat Menghafal Al Quran dan Membimbing Anak Murajaah di Rumah
Alhamdulillah, tadi pagi berkesempatan mengikuti webinar yang diadakan oleh Mataba Darul Quran Bojongsari Depok. Temanya: “Semangat Mengha...
-
Bismillah.... Butuh waktu hampir satu tahun untuk melanjutkan Part 2 ini 😆. Mohon maaf sebelumnya ya.... Awalnya mau saya buat versi video...
-
Pertanyaan berikutnya yang sering saya dapatkan adalah : "Apakah bisa membawa keluarga sambil sekolah di Taiwan?" Tentu saja bis...
-
Bismisllahirrahmanirrahiim.... Dear Moms, jumpa lagi dengan postingan saya mengenai tetek-bengek menjadi PhD Mom di Taiwan. InsyaAllah ...