Saturday, 25 March 2017

#NHW9 Bunda Sebagai Agen Perubahan

Sampai juga di NHW 9... tugas terakhir untuk matrikulasi IIP. Nggak berasaaa.... sudah 2 bulan ternyata >_<

Semoga bisa lulus di kelas ini, agar bisa mengikuti kelas berikutnya ^_^ Materinya super duper cetar pokoknya! #bukanlebay :)

Ditugas kali ini.... kami diminta untuk merenung lebih dalam lagi... peran apa yang akan kami berikan untuk umat, selaku agen perubahan. Secara garis besar, ide saya ada pada tabel berikut :
Sebagaimana sudah saya tuangkan di tugas-tugas sebelumnya... passion saya ada di ranah parenting. Baik itu untuk diri saya sendiri, maupun orang-orang disekitar saya.

Dari apa yang saya lakukan, khususnya sejak tahun 2010 dimana saya mulai melakukan serangkaian program pemberdayaan pekerja migran (TKI) baik di dalam negeri maupun di negara penempatan.... ada salah satu masalah krusial yang luput atau kurang mendapatkan perhatian.

Ya... mengenai anak-anak TKI, banyak riset yang menunjukkan masalah anak TKI bukan masalah kecil dan tidak lagi berada di ranah privat ketika sudah berhubungan  dengan human capital sebuah bangsa. Mereka yang ditinggal bertahun-tahun oleh orang tuanya, yang dibesarkan dibawah pengasuhan nenek/kakek/bibi atau ayah (karena mayoritas TKI adalah wanita). Tidak bisa dipungkiri... ada yang kurang dalam proses mereka menjadi dewasa entah itu kasih sayang... perhatian... yang pasti... eksistensi orang tua secara fisik. Belum lagi ditambah dengan tingginya angka perceraian dikalangan pasangan TKI.

Tidak ingin memojokkan posisi orang tua yang mengambil keputusan menjadi TKI, namun harus ada upaya konkret untuk mengatasi efek samping migrasi yang muncul. Berangkat dari ide itu... saya ingin mendalami lebih jauh dunia parenting, terkhusus parenting jarak jauh. Aah... apapun namanya, intinya bagaimana saat berjauhan orang tua tetap bisa mengoptimalkan perannya sebagai ayah atau ibu.

Perlu pelatihan untuk TKI dan pendampingan untuk anak-anaknya. Hm.... lebih kurang demikian ^_^

Saturday, 18 March 2017

NHW#8 Misi Hidup dan Produktivitas



a. Ambil salah satu dari ranah aktivitas yang sudah teman-teman tulis di kuadran SUKA dan BISA (lihat NHW#7)
Uum... membaca dan menulis

b. Setelah ketemu satu hal, jawablah pertanyaan “BE  DO HAVE” di bawah ini :
1. Kita ingin menjadi apa ? (BE)
Walau sempat ditertawakan seorang guru saya, he3, namun saya ingin menjadi : istri sholihah, ibu terbaik bagi anak2 saya, peneliti dan konsuktan bidang migrasi

Saturday, 11 March 2017

NHW#7 Tahapan menjadi Bunda Produktif


Sejak SMA saya menyukai buku-buku terkait dengan psikologi perkembangan, upaya ini saya lakukan untuk memahami apa dan bagaimana saya sebenarnya. Termasuk dalam mencoba menggali dan memahami minat serta bakat saya. Tentunya ada banyak deviansi di sana, mengingat saya mempelajarinya secara otodidak dan pakai ilmu kirologi saja (kira-kira,red). Namun setidaknyanya secara garis besar, bacaan dan tes yang ada di dalamnya mampu mengarahkan saya pada cita-cita masa depan saya. Tes dan observasi mandiri yang saya lakukan menyimpulkan bahwa saya kuat di bidang public speaking, analisa dan menulis. Maka pekerjaan yang cocok bagi saya adalah menjadi duta besar, actor, penulis atau dosen. Dari titik ini, saya memutuskan saya mau jadi duta besar saja, hingga akhirnya saya memutuskan ambil kuliah di Hubungan Internasional UNPAD. Walau kemudian saya ketahui, untuk menjadi duta besar seseorang tidak harus kuliah di jurusan hubungan internasional, hehehe.

Saturday, 4 March 2017

#NHW 6 Belajar Menjadi Manajer Keluarga Handal

Jika saya bisa memilih, tentunya saya ingin kehidupan yang tenang dan biasa-biasa saja. Namun.... garis kehidupan Allah yang menemtukannya. Awal memutuskan lanjut kuliah S3, saya dan suami sudah memikirkannya matang-matang, termasuk langkah-langkah yang akan kami ambil selama masa studi nanti. Mulai dari lan A samai lan Z. Mulai dari yang senang-senang samai kemungkinan terpahitnya....

Alhamdulillah, saya dan suami sama-sama kuliah, hanya saja jurusan yang digeluti suami mengharuskan beliau memiliki kemampuan berbahasa Mandarin, sehingga, beliau harus ambil kuliah bahasa Mandarin terlebih dahulu. Thats good... masalahnya adalah... beasiswa bahasa hanya untuk enam bulan dan suami baru akan kuliah lagi semester berikutnya. Dengan kata lain, ada masa tenggang selama satu semester. Di satu sisi, ini baik, saya jadi bisa ambil banyak mata kuliah pada semester ini, karena suami bisa fokus menjada anak. Sehingga semester depan, saat suami juga sudah mulai kuliah saya cuku ambil 1-2 mata kuliah sembari menyiapkan diri untuk ujian kualifikasi. Naamuuun... di sisi lain, perekonomian keluarga jadi empot-empotan, hehehe. Bertahan dengan 1 income (beasiswa saya), bisa aja sih kalau hanya untuk sewa apartemen dan makan ala kadarnya. Namun untuk kebutuhan tak terduga lainnya? hiiks....

Ada banyak orang baik yang menawarkan kerja untuk suami, namun terkendala dengan working permit. Kami pun tidak mau ambil resiko, karena jika ketahuan bekerja tanpa working permit bisa di pulangkan. Bisa di urus... tapi minimal masa tinggal sudah 1 tahun. Sama saja yaaa... itu artinya semester depan :) Solusinya.... bukankan 9 dari 10 pintu rejeki melalui niaga?? Ya... akhirnya kami buka usaha katering kecil-kecil-an. Ahamdulillah.... orderan banyak masuk, namun kami justru jadi keteteran ^-^

How to do that? Teman-teman Ph.D saya bertanya-tanya, bagaimana cara saya membagi waktu? Belajar, riset, mengasuh anak dan kini... memasak. JUST DO IT, hahaha... yeah, just do it. Saya pun tidak tahu bagaimana caranya. Terkadang saya panik, dan merasa di kejar-kejar. Selesai kuliah langsung pulang -social life dengan teman-teman hanya di kelas-, masak untuk persiapan katering keesokan harinya (jadi suami tinggal manasin dan packing plus antar), kebetulan kuliah saya sampai sore, beberapa ada yang sampai malam. Lanjut quality time dengan anak, yang terkadang sering terabaikan karena "sibuk" ini-itu... Dini hari bangun lagi untuk belajar -the only time I have- dan biasnya habis subuh tidur lagi untuk kembali memulai rutinitas jam 7 pagi. I know this is bad... huhuhu

Rasanya... beruntung banget dijebloskan ke kelas IIP, saya serasa ditampar dan didorong untuk berbenah. Kita hanya punya hanya waktu 24 jam, presiden dan orang hebat lainnya juga HANYA punya waktu 24 jam. Mereka bisa melakukan banyak hal bermanfaat, kenapa kita tidak? #plak
Materi kali ini benar-benar membuat saya tersadar, masalahnya bukan pada berapa banyak waktu yang kita miliki, namun, seberapa handal kita memenejnya? hiks...

Bismillah... semoga dengan mengerjakan PR kali ini bisa menjadi milestone perbaikan diri saya dalam meng-handle segala sesuatunya ^_^

Semangat Menghafal Al Quran dan Membimbing Anak Murajaah di Rumah

  Alhamdulillah, tadi pagi berkesempatan mengikuti webinar yang diadakan oleh Mataba Darul Quran Bojongsari Depok. Temanya: “Semangat Mengha...