Salah satu kebodohan yang pernah saya lakukan adalah main cepat saja mengambil keputusan. Untuk hal yang menurut saya baik, terkadang saya tidak berpikir dua kali untuk memutuskannya. Namun sayangnya, terkadang hal ini justru jadi dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu.
Seperti kisah saya yang main iya saja ketika diminta membantu mengsubsidi seorang rekanan (yang honestly saya tidak kenal) hanya karena dia mendapatkan jumlah beasiswa yang tidak sebesar saya dan dua rekannya (yap... dua orang ini katanya sih sohib baiknya). Dalam perjanjian kami.... kami bertiga akan mengsubsidi si orang ini, realitanya? Di semester pertama justru hanya saya dan suami! SuaMi malah jadi ikut2an... hiks dan yang dua lainnya TERNYATA TIDAK MEMBERIKAN SUPPORT APAPUN. What?
Saya dan suami tidak menyesali uang kami yang melayang, namun sedih dengan "permainan" anak ingusan yang bagi kami seperti ngadalin kami!!! Ketika memasuki semester kedua kami memiliki kesulitan ekonomi, tidak ada yang membantu kami malah dirongrong terus menerus mana uang bantuan nya? Mana? Hellloooo....
Memasuki semester ketiga, kondisi keuangan alhamdulillah lumayan membaik. Karena suami sudah kuliah dan mendapaykan beasiswa. Kami sampaikan kalau kami tidak akan mengkhianati janji, tidak seperti... teeeet. Walau dipikir-pikir, kalau kami mengkhianatinya pun tak masalah, kan yang namanya bantuan sifatnya sukarelakan? Tapi kami tidak sejahat itu, walau tidak kenal tetap kami bantu. Adik kandung kami saja tidak ada kami bantu seperti dia. Sudahlah... anggap saja sedekah.
Namun.... ternyata masalah adaaa saja. Masalahnya kali ini adalah... uang beasiswa suami yang suka telat turunnya. Alhasil... kami harus ikat pinggang dan harus siap cadangan dana. Apalagi kami menjalankan bisnis, uang modal tidak bisa di otak-atik. Otomatis lagi.... uang bantuan ke si orang itu suka telat datangnya.
Seperti bulan ini, uang beasiswa suami baru turun hari ini. Namun si orang itu sudah mengejar-ngejar sejak jaman kapan bak kami ini punya hutang kepadanya. Sudah dijelaskan bahwasanya uang beasiswa suami belum turun... eh... dia seolah tidak peduli.
Iya siiih bisnis kami baru dapat orderan besar, tapi tidak perlu kami sampaikan ke dia bahwa keuntungannya kami gunakan untuk membayar hutang ke orang tua kan? Lagi pula kami bekerja keras untuk mendapatkannya. Selama seminggu full tidur hanya dua jam saja! Tidur jam 12 malam, jam dua sudah bangun untuk mengerjakan orderan. Capek boook.... lelaaah.... dan situ enaknya main menengadahkan tangan!
Rasanya pengen ketiban rejeki yang dengan uang itu kami bayar full semua dana bantuan yang "terjanjikan". Jadi saya tidak perlu dihantui terus-terusan seperti ini.
Dari awal... saya ikhlas membantu, walau suami melarang. Bahkan saat semua orang mengkhianati janjinya, suami pun menyarankan saya melakukan hal yang sama. Namun tidak saya lakukan, karena saya merasa kasihan. Taaapiiii ni orang kenapa nggak bisa sama sekali pengertian ya? Benar-benar menguji kesabaran dan keikhlasan :D :D astagfirullah....
Sabar... sabar...
Orang sabar rejekinya lebar :D :D
Subscribe to:
Posts (Atom)
Semangat Menghafal Al Quran dan Membimbing Anak Murajaah di Rumah
Alhamdulillah, tadi pagi berkesempatan mengikuti webinar yang diadakan oleh Mataba Darul Quran Bojongsari Depok. Temanya: “Semangat Mengha...
-
Bismillah.... Butuh waktu hampir satu tahun untuk melanjutkan Part 2 ini 😆. Mohon maaf sebelumnya ya.... Awalnya mau saya buat versi video...
-
Pertanyaan berikutnya yang sering saya dapatkan adalah : "Apakah bisa membawa keluarga sambil sekolah di Taiwan?" Tentu saja bis...
-
Bismisllahirrahmanirrahiim.... Dear Moms, jumpa lagi dengan postingan saya mengenai tetek-bengek menjadi PhD Mom di Taiwan. InsyaAllah ...