Saturday, 9 December 2017

Don't Sweat The Small Stuff

Buku tulisan Richard Carlson ini sungguh berkesan bagi saya sejak jaman unyu-unyu dulu. Setiap kali dihadap masalah, terutama hambatan eksternal, buku ini selalu menjadi rujukan saya untuk kembali ke jalan yang benar :D :D Seperti kisah perjalanan bisnis kami di Bumi Formosa ini...

Beberapa hari yang lalu saya dan suami melakukan manuver bisnis dan hasilnya... out of expectation !!  Mata saya terbelalak saat suami menginformasikan omset kami pada hari itu. WOW... setara dengan sebulan gaji part time suami dulu. Sesuatulah... Sambil menikmati Matcha Latte dan semilir angin musim dingin, kami mengevaluasi perjalanan bisnis kami yang masih seumur jagung ini *belum juga setahun. Mumpung mood lagi bagus, saat yang tepat untuk berbenah dan menyusun rencana ke depan.

DONT SWEAT THE SMALL STUFF, itu adalah kesimpulan kami sore itu. Ya... jangan habiskan waktu dan energi untuk hal-hal kecil yang tidak berguna. Justru fokuslah pada capaian-capaian yang ingin diraih. Sebagai pelaku bisnis sudah sunnatullah akan menghadapi persaingan dan juga merupakan hal umum jika kompetitor melakukannya secara fair atau justru.... main tusuk dari belakang. Saya cukup terganggu dengan kompetitor jenis ini dan saya kesal setiap saya curhat ke orang-orang yang saya percaya -termasuk suami- nasehatnya selalu sama, "sabar ya... rejeki tidak akan tertukar". Masalahnya bukan pada masalah rejeki itu, karena saya YAKIN dan membuktikannya sendiri kalau rejeki itu sudah dijatah tinggal kita berikhtiar saja. Tapi saya TIDAK TERIMA perlakuan orang tersebut terhadap saya.
"Udah blokir aja orangnya dari FB Bunda, dan keluarkan dia dari semua grup. Jadi dia nggak nyontek-nyontek lagi" suami saya jadi mulai kesal karena keluh kesah saya nggak habis-habis juga, ya karena aktivitas tidak menyenangkan orang itu juga nggak habis-habis.
"Tapi nggak usah se-ekstrim itu kali..."
"Dari pada Bunda jadi uring-uringan begini?"
Hm... poin yang disampaikan suami saya jelas, tapi saya juga nggak mau seekstrim itu. Lalu... bagaimana?
"Kalau mau lega, ngomong blak-blak-an dengan orangnya. Tapi itu tidak akan menghentikan 'aktivitas'nya, karena memang sudah karakter orangnya seperti itu." lanjut Pak Suami.
"Lah terus bagaimana?"
"Ya itu... nggak usah diurusin orang kayak gitu. Buang-buang energi saja. Lebih baik tenaga dan waktu kita digunakan untuk bikin menu baru, strategi marketing baru atau apalah daripada cuma mengurusin hal nggak penting seperti itu." Jleb... menohok! Tapi... benar juga. Saya selama ini malah sibuk uring-uringan, BAPER kata generasi milenial, yang nyata-nyata tidak menghasilkan apa-apa selain.... sedih dan sakit hati :)

Dengan kekuatan bulan #halah , dibantu oleh suami akirnya saya bangkit kembali! Kami mencoba menonjolkan produk-produk yang tidak mudah untuk di duplikasi :) Dan strategi marketing lainnya yang tidak terpikirkan sebelumnya, seperti : ekspansi re-seller, the power of SALE dan sebagainya. Hasilnya? LUAR BIASA!! Penjualan meroket dan kami memiliki spesifikasi produk yang menjadi trademark kami. Bagaimana dengan si kompetitor? We dont care... tersera dia mau bagaimana. Tentunya belum semua permasalahan terselesaikan, karena masalah yang ditimbulkan tidak cuma satu :P Tapi setidaknya saya bisa bernafas lega... bisa move on dari kebaperan saya.

So... to improve your business DONT SWEAT SMALL STUFF !! Oh iya... satu lagi kunci utamanya... semakin mendekatkan diri dengan Allah. Biar Allah yang menyelesaikan semuanya dengan cara-Nya. Semakin mengesalkan tingkah laku orang... semakin kita dekat dengan Allah, insyaAllah hasilnya tidak akan mengecewakan :)

Sunday, 3 December 2017

The Mirror Concept

Makan bersama adalah salah satu aktivitas yang sering kami kerjakan bersama. Selain mendekatkan bonding anak dan orang tua, makan bersama selalu sukses meningkatkan mood makan Najmi. Siang ini kami kembali makan bersama, dan kami makan bukan di meja makan tapi.... di kamar. Hehehe... Dingin euy... akhirnya kami makan bersama di atas ranjang. Najmi duduk persis di depan saya.

"Bunda... kalau makan pakai tangan kanan." tiba-tiba Najmi berujar sembari mengingatkan yang makan pakai tangan kiri itu setan.
"Iya... ini Bunda makan pakai tangan kanan." saya angkat tangan kanan saya. Terkadang Najmi masih susah membedakan mana kanan, mana kiri.
"Makan pakai tangan kanan Bun.... kayak Najmi niiih." lagi, si shalihah mengingatkan, kali ini pakai mengangkat tangan kanannya.
"Iya... pakai tangan kanan", lagi, saya angkat tangan kanan.
"Itu tangan kiri Bun... kanan ini." Najmi menunjuk tangan kiri saya.
"Ini kanan sayang...."
"Kiri Bun..."

Setelah sekian lama saling berdebat kanan-kiri-kanan-kiri, baru saya ngeh... Najmi belum paham prinsip "mirror". Ketika kami berhadap-hadapan, posisi kanan dan kiri berbeda dan Najmi belum paham ini.

Hm... jadi PR nih, bagaimana cara mengajarkan konsep cermin ke Najmi. Tadi sih hanya menjelaskan dan membawa dia langsung ke hadapan cermin, namun masih belum paham kayaknya. :)

#day6
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Semangat Menghafal Al Quran dan Membimbing Anak Murajaah di Rumah

  Alhamdulillah, tadi pagi berkesempatan mengikuti webinar yang diadakan oleh Mataba Darul Quran Bojongsari Depok. Temanya: “Semangat Mengha...